Cerita Nabi Musa dan Perempuan Indah Pezina

02 Jul 2018 14:19
Tags

Back to list of posts

Pada suatu senja yang lowong, seorang wanita Bani Israil berjalan gontai. Pakaiannya serba hitam menandakan bahwa dia berada dalam kesedihan cita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir semua wajahnya. Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya.Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak bisa menghapus kesan kepedihan yang tengah merusak hidupnya karena zina. Dia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa ‘alaihissalam (AS).Diketuknya pintu perlahan-pelan sambil menyatakan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk". Perempuan menawan itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya bercucuran tatkala dia berkata: "Aduhai Nabi Allah. Bantulah saya, doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya.""Apakah dosamu ?" tanya Nabi Musa terkejut. "Saya takut mengatakannya. " jawab wanita cantik itu."Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa. Karenanya perempuan itupun terpatah bercerita, "Saya telah berzina,"Mendengar itu, kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun hamil, setelah buah hati itu lahir, lantas aku cekik lehernya hingga tewas," ucap perempuan itu seraya menangis sejadi-jadinya. Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia membentak," Perempuan bejad, enyah kau dari sini! Supaya azab Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!" teriak Nabi Musa sambil memalingkan matanya sebab jijik. Simak juga info tentang kisah nabi musa.Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh langsung bangkit dan melangkah surut. Ia terantuk-antuk ke luar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya sangat memilukan. Ia tidak tahu semestinya kemana lagi hendak mengadu.Bahkan ia tak tahu mau dibawa kemana lagi kaki-kakinya. Sekiranya seorang Nabi saja telah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya alangkah besar dosanya, betapa jahat perbuatannya.Malaikat Jibril bahkan turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya? " Nabi Musa malahan terperanjat. "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" Karenanya Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril."Betulkah ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista itu?" tanyanya. "Ada!" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Musa semakin penasaran.Jibril menjawab: "Orang yang meninggalkan salat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina".Sambil terkaget mendengar penjelasan ini, Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan terhadap Allah untuk perempuan tersebut.Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan salat dengan sengaja dan tanpa penyesalan ialah sama saja seperti beranggapan bahwa salat itu tidak seharusnya dan tidak perlu atas dirinya. Berarti dia seakan-akan menganggap remeh instruksi Ilahi, malah seolah-olah menganggap Yang tidak punya hak untuk mengontrol dan menyuruh hamba-Nya. Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih memiliki iman di dadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan terhadap-Nya. Itulah sebabnya Ilahi pasti ingin menerima kedatangannya.Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (rahimahullah) mengatakan, "Kaum muslimin berkomitmen bahwa meninggalkan salat lima waktu dengan sengaja merupakan dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapatkan hukuman dan kemurkaan Allah serta menerima kehinaan di dunia dan akhirat."Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa orang yang meninggalkan salat, sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, karenanya dia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub merupakan 80 tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari di akhirat perbandingannya ialah 1000 tahun di dunia.

Comments: 0

Add a New Comment

Unless otherwise stated, the content of this page is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 License